Senin, 29 April 2019

Masalah pendidikan di indonesia

Masalah dalam pendidikan

Melihat pendidikan yang berkembang di di indonesia pada masa sekarang ini mulai mengalami sesuatu yang tidak mengenakan. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa pendidikan yang ada mulai masuk kepada suasana yang agak mengkhawatirkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peristiwa-peristiwa yang menggemparkan indonesia beberapa waktu lalu. Yaitu berupa pemukulan terhadap guru, pembalasan terhadap guru yang dilakukan oleh seorang murid karena dipotong rambutnya. Bahkan di suatu tempat terjadi seorang guru yang dipukul oleh muridnya hingga tewas.
Namun daripada itu kenakalan remaja yang terjadi di sekitar kita seperti tawuran, geng-gengan, pergaulan bebas narkotika kekerasan hingga kasus-kasus kriminal yang sering terjadi hanyalah sesuatu yang nampak di permukaan dimana kenyataannya lebih besar dari itu.

Sabtu, 29 April 2017

Perang dalam Islam

Perang dalam Islam
Perang dalam Islam
“Perang Adalah Tipuan (al-Hadis)”
Itulah gambaran Rasulullah SAW tentang perang. Jika kita melihat tentang sejarah peperangan yang telah terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW, sampai sekarang, ternyata perkataan beliau benar, karena tidak jarang ketika telah terjadi peperangan dan terdapat penyusup bermodal tipuan serta sifat dari para pelakunya.
Pada tahun 9 H, Rasulullah mengirim 3000 pasukan untuk menaklukkan Mu’tah. Panglima Zaid bin Haritsah terus melakukan penyerangan walaupun jumlah tentara musuh melebihi pasukan yang ada di kubu Islam yang mencapai 200.000 bala tentara yang bersenjatakan lengkap, hingga akhirnya panglima pasukan Islam di waktu itu gugur di medan peperangan.
Setelah panglima pasukan Islam mengalami beberapa kali pergantian, komando peperangan diserahkan kepada Shahabat Khalid bin Walid. Untuk mengurangi jumlah korban yang terus berjatuhan dan mampu mengalahkan tentara kafir dari Byzantium, beliau menjalankan taktik baru dan tidak pernah dipakai di berbagai peperangan Islam. Taktik atau strategi itu adalah menempatkan pasukan yang tidak menunggangi kuda di depan dalam keadaan berjejer. Sejenak kalau dilihat seakan terdapat pasukan sangat banyak tatkala menempatkan pasukan yang berkuda jauh berada di belakang. Uniknya ekor-ekor kuda tersebut diikat dengan daun kurma.
Taktik ini membuat tentara Byzantium tertipu. Mereka mengira pasukan Islam mendapat bantuan pasukan yang jumlahnya sangat banyak dan lebih besar daripada sebelumya. Dan lagi-lagi pasukan Byzantium makin bergetar ketika melihat pasir-pasir yang berhamburan di udara dan terdengar suara gertakan kaki kuda yang sangat banyak. Padahal pasir-pasir yang berhamburan itu disebabkan daun kurma yang ditarik oleh kuda-kuda yang berlari dengan kencang.
Ketika melihat pasukan Islam mundur ke daerah gurun, pasukan Byzantium tidak melakukan pengejaran dan menjauhi daerah Mu’tah yang menjadi medan peperangan, mereka mengira pasukan Islam mundur karena akan memancing mereka dan melakukan serangan kembali. Nah, dengan mundurnya pasukan Byzantium, pasukan Islam mendapatkan kemenangan, walaupun jumlahnya sangat minim sekali dibanding pasukan Byzantium, disebabkan strategi jitu yang dibuat oleh Khalid bin Walid yang menjadi panglima tentara dikala itu. Islam berhasil mengangkat martabatnya di mata para musuhnya dan membuat getar, takut untuk melakukan peperangan kembali dari pihak mereka yang sangat benci kepada agama Islam.

 Oleh: Mat al-Wasui

Sabtu, 15 April 2017

Hari santri: Akhlak mahmudah dapat dicapai di pesantren

Akhlak
Akhlak
Akhlak mahmudah merupakan hal yang terpenting di pesantren. adalah sebuah keniscayaan jika pesantren harus menerapkan akhlak mahmudah
Terkadang inti darisosialisasi dibangunnya sebuah pesantren ialah mengajak untuk berbuat kebajikan melalui media ibadah kepada Ilahi dan menjadikan Ibadillah as-Shalihin.
Pesantren bukanlah analisasi umum yang berpadu dengan kerusakan dunia yang semakin menjadi-jadi. Dewasa ini, kita bisa melihat kerusakan di kanan kiri dengan mudah, bukan hanya sekadar isu dan ucapan belaka. Mungkin pernah terlintas di benak kita bahwa pesantren adalah organisasi yang terkordinir dan cenderung pada akhirat yang kekal.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh az-Zarnuji, terdapat penjelasan bahwa Rasulullah Saw pernah menyampaikan suatu hal penting tentang pentingnya mencari ilmu, yang artinnya: “Mencari ilmu fardlu ‘ain bagi setiap Muslim dan Muslimah”. Meninjau dari ulasan di atas, kita bisa mengangan jalan yang mana yang akan kita tempuh untuk mencari ilmu? Menurut hemat penulis, tidak ada lagi selain menimba ilmu di pesantren, sebab di pesantren kita akan diajak untuk terus mendalami dan meningkatkan nilai-nilai spritualitas kepada Allah Swt, guna mewujudkan insan yang agamis, dan inilah yang disebut Santri, seperti dawuh KH. Hasani Nawawie, “Santri adalah orang yang berpegang teguh pada al-Quran dan mengikuti Sunah Rasulullah saw, serta tidak tolah-toleh kanan dan kiri di setiap waktu”. Maksud dari tolah-toleh kanan dan kiri adalah tidak usah mengikuti situasi di kanan dan kiri, seperti di era serba modern ini, banyak hal-hal baru yang belum tentu berdampak baik, di antaranya “Om Telolet Om” yang semakin menyebar luas dan merajalela, baik di dunia maya atau pun di sekitar lingkungan.
Sejatinya, pengertian santri yang ditampilkan oleh KH. Hasani Nawawie ini tidak bisa ubah dan diganti selamanya, sebab prinsip yang tertanam di dalam pengertian santri sangat penting untuk kita pakai dalam menjalani kehidupan ini. Menurut Gus Mus, “Santri itu bukan yang mondok saja, tapi siapa pun yang berakhlak baik dan tawaduk kepada orang alim maka kalian adalah santri”. Dari perkataan ini kita bisa tarik kesimpulan ketika berda di pesantren dan belum mencohtohkan akhlak santri yang sebenarnya, maka kita belum dikatakan santri hakiki.
Hal di atas seharusnya dilakukan dan diterapkan di keseharian kita, karena ada suatu riwayat menyebutkan bahwa orang yang paling rugi di antara kamu adalah orang yang semakin hari semakin buruk prilakunya dan orang yang paling baik dan beruntung adalah orang yang semakin hari semakin baik. Semoga kita semua bisa berintropeksi diri untuk bangkit menjadi insan yang berarti. Amin

@Qusyairi_Takiya, 14350676  

Senin, 20 Maret 2017

Hadis nabi tentang hati : Kesucian Hati adalah Segalanya

Sucikan hati

Hadis nabi tentang hati : Kesucian Hati adalah Segalanya. Sekitar 1400 tahun silam, Rasulullah telah memberi intruksi pada umatnya tentang pentingnya kebeningan hati, Rasulullah bersabda,
الا وان في الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله.....
Artinya: Ingat, dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Kalau daging itu bagus maka semua anggota tubuh akan ikut bagus, tapi bila daging itu tidak bagus maka anggota tubuhnya juga tidak akan bagus. Ketahuilah bahwa daging itu adalah hati.
Rasulullah juga pernah bersabda, “Allah menilai seorang hamba dari hatinya, bukan dari fisiknya.
Ketika kita membaca hadis tersebut, maka kita sudah memiliki gambaran tentang betapa pentingnya mengelola hati, agar hati itu bersih, sehat, dan diridai oleh Allah. Hati memanglah suatu yang kecil tapi hati memiliki potensi hebat, sehingga anggota tubuh yang lain seakan menjadi budak sahayanya. Seperti tangan dan mata, keduanya tidak mungkin bisa berfungsi memukul dan melihat, kalau dari hati tidak ada sebuah koneksi, perintah, dan keinginan untuk melakukan hal tersebut.
Ketika ada orang mengatakan, “Kenapa orang itu mencuri? Kenapa orang itu zina? Kenapa orang itu mengonsumsi narkoba? Tentu hal itu disebabkan oleh hati mereka yang tidak bagus, kotor, dan tidak dibersihkan. Sebagaimana disinggung dalam hadis di atas, bahwa anggota tubuh bisa bagus dan tidak bermaksiat dalah ketika hati itu bagus dan bersih. Maka dari itu ketika ada seseorang bertanya tentang keadan seseorang yang berbuat maksiat dan melakukan kejelekan, maka jawabannya pasti dikarenakan hati orang itu kotor dan tidak bersih.

Selain hati menjadi penentu perbuatan, hati juga memiliki peran yang lebih penting dari itu, yakni menjadi penentu baik atau tidaknya seseorang itu di sisi Allah. Hamba yang baik dan bagus tentu bukanlah dia yang memiliki harta banyak, juga bukan dia yang disebut presiden dan bupati, dan juga bukan dia yang disebut Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Tetapi orang yang baik di sisi Allah adalah seseorang yang memilki hati bagus dan baik. Rasulallah bersabda, “Allah menilai hambanya dari hatinya bukan dari fisiknya”.

Kesimpulannya, sesuatu yang membuat tangan bagus, mata bagus, dan anggota yang lain bagus ialah ketika hati itu bagus. Begitu pula seorang hamba bisa bagus dan baik di sisi Allah adalah ketika hati hamba tersebut juga bagus. Maka mulai dari sekarang dan sejak ini, jadikanlah hati kalian menjadi hati yang bagus dan bersih yakni hati yang selamat dari penyakit-penyakit hati, seperti riya’, hasud, sombong dan lain-lain.
Oleh: Muiz as-Samfanji

Senin, 13 Maret 2017

hal hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum harta warisan dibagikan

Harta warisan
Harta warisan
Pembagian harta warisan dalam islam memang tertera dalam al-quran. namun demikian, semua itu bertentangan dengan akal. Penulis lebih memprioritaskan nalar akal tentang pembagian warisan. Sebab, dalam rumusan al-Quran telah menginformasikan bahwa bagian satu ahli waris laki-laki sama dengan dua ahli waris wanita. Sehingga sekte liberalisme menganggap al-Quran mendiskriminasi kaum hawa yang mendapat bagian lebih sedikit ketimbang ahli waris laki-laki.
Dalam warisan sangat kental dengan ilmu Faraidl. Faraidl adalah bentuk jamak dari kata Faridhah, yang berarti satu bagian tertentu. Jadi Faraidl mempunyai arti “beberapa bagian tertentu”. Untuk mengetahui bagian-bagian tertentu tersebut butuh mengetahui ahli waris yang ditinggalkan. Setelah itu, barulah ditetapkan siapa ahli waris yang mendapat bagian dan yang tidak. Di dalam ilmu Faraidl dibahas hal-hal yang berkenaan dengan warisan (harta peninggalan) ahli waris ketentuan bagian ahli waris, dan pelaksanaan pembagiannya.
Sebelum dilakukan pembagian warisan, kita harus melakukan hal-hal berikut:
1-      Zakat. Harta mayat yang sudah  mencapai satu nisab harus dizakatkan terlebih dahulu sebelum membagikanya kepada ahli waris.
2-      Belanja merawat  jenazah. Mengurus jenazah merupakan sesuatu yang fardhu kifayah, yang biayanya diambilkan dari harta peninggalan mayat. Semisal membeli kain kafan, biaya mengubur dan lain-lain.
3-      Melunasi hutang. Hutang merupakan tanggungan. Ketika diketahui bahwa si mayat masih mempunyai hutang maka ahli waris harus melunasinya terlebih dahulu sebelum membagikan harta peninggalan. Sebab, ruh orang yang meninggal akan tidak tenang jika masih mempunyai tanggungan hutang.
Namun, tidak semua ahli waris bisa mendapat bagianya. Berikut merupakan sesuatu yang dapat mencegah seseorang mendapat warisan: 1. Membunuh 2. Murtad 3. Kafir
Di dalam al-Quran menjelaskan bagian ahli waris laki-laki satu sama dengan dua bagian ahli waris perempuan:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الأنْثَيَيْن  
“Allah berwasiat dalam anak-anak kalian bagian laki-laki satu sama denga dua orang perempuan”
Dalam memahami ayat di atas, kaum liberal mengalami aleksi atau gagal paham. Mereka berasumsi Allah itu tidak adil sebab lebih mengutamakan kaum laki-laki. Mereka menempatkan nalar akal sebagai nomor wahid dalam masalah agama ketimbang patuh terhadap nash al-Quran yang telah ditetapkan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir juz II halaman 225 dijelaskan bahwa Allah memerintah hambaNya untuk berbuat adil dalam masalah warisan. Al-Quran diturunkan untuk menghapus kebiasaan orang jahiliyah yang menjadikan harta peninggalan mayat untuk kaum laki-laki bukan perempuan. Kemudian Allah memerintah agar perempuan juga diberi bagian dari harta peninggalan mayat. Hanya saja porsi wanita lebih sedikit ketimbang yang didapatkan laki-laki. Ada beberapa alasan yang mendasari perbedaan tersebut, diantaranya: laki-laki lebih membutuhkan harta untuk menafkahi istrinya, mengatur tatanan rumah tangganya. Maka sangat pantas jika ahli waris laki-laki mendapat bagian lebih banyak.
Dalam tafsir al-Baghawi terdapat riwayat tentang keluhan wanita sebab mendapat bagian lebih sedikit. Mereka mengatakan “Seharusnya kami lebih berhak mendapat harta lebih banyak ketimbang laki-laki. Sebab kami ini lemah, laki-laki lebih kuat dan mampu mencari penghidupan. Lalu Allah menurunkan ayat:
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Dan jangan kalian mengharap pada apa  yang ditetapkan Allah kepada sebagian yang lain”

Ayat tersebut melarang kita mengharap sesuatu yang telah digariskan Allah kepada orang lain. Hal itu akan membuat seseorang saling iri dan benci. Allah lebih mengetahui sesuatu yang terbaik bagi hambaNya. Di lain sisi, sedikitnya bagian yang diperoleh wanita akan meminimalisir dosa mereka diakhirat. Sebagai hamba yang baik, selayaknya kita menerima semua sesuatu yang menjadi ketetapan Tuhan. Sebab bagaimanapun adil itu tidak harus sama!(wr7) 

Jumat, 03 Maret 2017

Pengertian sabar dan macam-macam jenisnya

perempuan sabar merenung

Batas sabar dalam menghadapi musibah sebenarnya tergantung pada masalah yang dihadapi. Sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama, bahwa sabar itu ada tiga: pertama, sabar menghadapi maksiat. Jika orang meninggalakn hal-hal yang dilarang oleh Allah seperti perbuatan zina, minum-minuman yang memabukkan , dan lain sebagainya, maka orangitu sudah dikatakan sabar dalam urusan meninggalakn maksiat.
Kedua, sabar dalam melakukan ketatan terhadap Allah. Sabar ini diwujudkan dengan mengerjakan taat kepada Allah sesuai yang diperintahkannya. Maka seseorang sudah termasuk orang yang sabar dalam ketaatan jika sudah taat pada Allah.
Ketiga, sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah, dalam cobaan ini ada dua macam: ada cobaan yang bentuknya nikmat, ada juga yang bentuknya berupa hilangnya nikmat atau tidak diberi nikmat.
Cobaan yang bentuknya nikmat adalah seperti orang yang diberi kecukupan harta, sehingga ia menjadi orang kaya raya. Jika orang tersebut masih tetap melakukan sesuatu pada hartanya sesuai yang telah digariskan oleh syariat, maka orang tersebut dikatakan orang yang sabar menghadapi cobaan yang berupa nikmat yang diberikan Allah.
Sedangkan sabar terhadap cobaan yang bentuknya hilangnya nikmat, adalah seperti seseoarang yang dicoba dengan kekurangan harta atau fakir miskin jika ia menghadapi cobaan itu dengan sabar, tidak mengeluh sedikit pun, dan merasa cukup dengan apa yang ia miliki, maka ia termasuk orang yang sabar dalam hal hilangnya nikmat. Seperti orang yang buta namun ia tetap tabah dan dan pasrah atas semua yang telah diberikan padanya dan ia menerima takdir pada dirinya maka ia bisa dikatakan orang yang sabar.

Masih banyak lagi contoh-contoh sifat sabar yang lain, seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam karya monumentalnya “Ihya’ Ulumiddin.”'

Jufri Toyyib F-16

Rabu, 01 Maret 2017

Iri dengki dan perjalanan agama samawi


Dengki ibarat virus, ia teramat halus untuk dirasakan, namun sangat mematikan, virus yang merasuk dalam “proses” penguasa akan membuat kebijakannya menjadi belati bermata dua. Jika masuk dalam kalbu ulama akan membuat infeksi ilmunya dan niat akhirat menjadi niat dunia. Jika masuk di hati para pedagang maka pasar akan sakit oleh permainan spekulasi dan kalkulus membabi buta.
Dengki akan mengundang banyak saudara kecongkakan, kejahatan serta dusta, fitnah, dan juga perang saudara, dengki telah banyak mengubur nyawa.
Anak cucu Ibrahim sebagai bapak agama monoteisme dari keluarga Ishaq telah lahir agama Yahudi dan Nashrani. Sedangkan dari keluarga Ismail telah lahir agama Islam, namun sejarah mencatat betapa pergulatan sengit ketiga agama ini tiada akhir, untuk merebut supremasi seakan ingin menjadi putra tunggal Ibrahim.
Penyalipan Isa al-Masih serta perburuan Hawari dan para pengikutnya dilatari oleh kedengkian Yahudi. Lalu sepanjang abab ke-V sampai XV Masehi di Eropa dan Rusia, Nashrani membalas dengan menjadikan Yahudi sebagai objek buruan dan penindasan, bahkan inkuisisi dan di zaman Nabi Muhammad SAW, Yahudi menjadi bangsa usiran dari Madinah. Arabian sebagai gelang perseteruan Islam melawan Nashrani banyak disebut dalam kisah Perang Salib yang berlanjut dengan perang Eropa melawan Turki Utsmani hingga perang dunia 1. Sekarang tiga kekuatan ini masih senantiasa bermanuver dan bermain strategi.
ولن ترضي عنك اليهود ولاالنصارى حتى تتبع ملتهم
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela sampai kalian mengikuti agama mereka”(al-Baqarah: 120).
Oleh: Mat al-Wasul

Pps: N-01 Surabaya

Selasa, 28 Februari 2017

Membaca lebih baik dari pada 3 istri cantik?

Dua orang istri

Tidak dapat dipungkiri punya istri yang cantik nan indah serta rupawan adalah hal yang didambakan oleh kaum Adam, apalagi punya istri tiga atau lebih dengan mempunyai kecantikan yang sama-sama tak tertandingi keindahannya. Sungguh manisnya hidup bila menikmatinya.
Bagi ulama salafus-shalih, istri tiga dengan wajah yang sungguh tak tertandingi bukanlah hal yang begitu memikat baginya, tak jarang dari mereka lebih memilih untuk sesuatu yang lebih  penting baginya, yaitu ilmu untuk mendapatkan ilmu, salah satunya dengan membaca. Oleh karena itu tak salah jika para ulama terdahulu sudah mumpuni dalam menulis atau mengarang kitab disebabkan dengan banyaknya membaca.
Al-Khatib dalam bukunya al-Jamili Akhlaq ar-Rawi wa as-Samawi, mencantumkan satu riwayat Zubair bin Abu Bakar berkata, “Keponakanku telah berkata pada kami; pamanku adalah lelaki yang baik pada keluarganya, tidak mempermadukan istrinya, tidak pula membeli budak perempuan (untuk dinikahi) namun istrinya pernah mengeluh; sungguh buku-buku ini lebih berat bagiku dari pada tiga wanita yang dijadikan madu bagiku.” Lihatlah beliau, Zubair bin Abu Bakar seseorang ulama yang sangat baik terhadap keluarganya, sehingga tidak mempermadukan istrinya, tetapi dalam kebaikannya, si istrinya masih mengeluh saja dengan lebih berharap dimadu daripada dianggap angin berlalu baginya dengan terus-menerus membaca dan membaca kitab.
Poligami

Masih banyak  ulama-ulama yang hobi membaca lalu menulis dengan hasil tersebut terbuatlah sebuah karya momumental yang tak mati-mati ketenarannya dari masa ke masa.
Katakanlah, Imam Nawawi, beliau sangat hobi dengan membaca dan menulis, tidak heran dari kesenangannya membaca beliau berstatus jomblo hingga wafat, perfecto. Dari hasil jerih payahnya terciptalah kitab yang sangat populer yaitu kitab Majmu’, sebuah kitab yang menerangkan beberapa hukum fikih, dari zaman dulu hingga zaman melinium yang super canggih seperti sekarang ini. Kitab tersebut tetap eksis berada di urutan pertama kitab yang paling banyak digunakan referensi dalam forum musyawaroh.

Tidak heran, jika membaca dan menulis dilakukan dengan sangat tekun, maka kita seperti beliau. Yang tidak suka nafsu birahi dengan mengubahnya pada membaca dan menulis, sampai muncul sebuah perkataan; jangan bermimpi menjadi penulis handal, kalau tidak handal dalam membaca. Selamat membaca.